Seputar jejak makam keramat dan karomah para wali di bumi nusantara

Biografi Mbah Khyai Sholeh Darat Dan Buah Karya Buat Nusantara

Biografi Mbah Khyai Sholeh Darat  Dan Buah Karya Buat Nusantara


Mbah Khyai Sholeh darat atau yang lebih di kenal dengan sebutan Mbah Sholeh Darat, merupakan seorang ulama sekaligus guru bangsa yang mungkin terlupakan bagi kalangan yang menyebut dirinya sebagai kaum Nasionalis, kenapa demikian. Karena pada kenyataannya nama Sholeh Darat lebih dikenal dikalangan kaum santri, sedangkan nama RA Kartini lebih dikenanl luas dibandingkan nama Sholeh Darat itu sendiri. Padahal pada sejatinya inspirasi yang mengalir dari pada perjuangan seorang RA Kartini itu tidak terlepas dari petuah dan dorongan yang diberikan olah Mbah Sholeh Darat itu sendiri, sebab Mbah Soleh Daratlah yang satu-satunya menjadi guru spiritual dan penasehat dalam segala aspek perjuangan RA Kartini yang selama ini di kenal di Bumi Nusantara dan jagad dunia ini .

Timbulnya selogan atau moto " Habis Gelap Terbitlah Terang "  itu sendiri merupakan penafsiran dari sebuah Kitab suci Al-Qur'an  dalam surat AL-Baqoroh
Orang-orang beriman dibimbing Alloh dari gelap menuju cahaya (Q.S. al-Baqoroh: 257).
Karena di zamanya, RA kartini sulit untuk memahami sebuah tafsir yang dalam bahasa Arab. Karena pada zaman itu Pemerintah Belanda melarang masyarakat  dan Kyai untuk menafsirkan Al-Qur'an. Sehingga timbul sebuah kegundahan dan pendapat pada dirinya yang mengaggap percuma untuk mengkaji sebuah AL-Qur'an yang pada sejatinya makna yang dikandungnya tidak dapat ia mengerti.

Saat ia  berkunjung ke rumah pamannya,yang juga  seorang Bupati Demak, dan saat itu ia RA Kartini menyempatkan diri mengikuti pengajian yang diberikan oleh Mbah Shaleh Darat. Dan saat itu beliau sedang mengajarkan tafsir Surat al-Fatihah. Mendengar dan melihat sistem pengajaran yang menggunakan bahasa yang mudah dipahami bagi orang awam sekalipun sehingga  menjadikan RA Kartini menjadi amat tertarik dengan Mbah Shaleh Darat.Sehingga dalam lain kesempatan dari sebuah pertemuan RA Kartini meminta agar Qur’an diterjemahkan karena menurut pendapatnya tidak ada faedahnya membaca kitab suci yang tidak diketahui artinya dan makna yang dikandungnya.

Biografi Mbah Khyai Sholeh Darat  Dan Buah Karya Buat Nusantara

Tetapi pada waktu itu pemerintah  Belanda secara resmi melarang orang menerjemahkan al-Qur’an. Sehingga Mbah Shaleh Darat melanggar larangan ini. Dan beliau memilih menerjemahkan Qur’an dengan ditulis dalam huruf  arab gundul/pegon sehingga tak dicurigai  pemerintah belanda. Dan buah karya dari Kitab tafsir dan terjemahan Qur’an ini diberi nama Kitab Faid ar-Rahman, yang merupakan  tafsir pertama di Nusantara dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab. Dan kitab ini pula yang dihadiahkannya kepada R.A. Kartini pada saat dia menikah dengan R.M. Joyodiningrat, seroang Bupati Rembang. Dari hadiah ini  Kartini amat sangat  menyukainya dan mengatakan:
Selama ini al-Fatihah gelap bagi saya. Saya tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari ini ia menjadi terang-benderang sampai kepada makna tersiratnya, sebab Romo Kyai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa yang saya pahami.

Dari tafsir  terjemahan Mbah Shaleh Darat itulah RA Kartini menemukan ayat yang amat menyentuh nuraninya: Orang-orang beriman dibimbing Allah dari gelap menuju cahaya (Q.S. al-Baqarah: 257). Dalam banyak suratnya kepada Abendanon, Kartini banyak mengulang kata “Dari gelap menuju cahaya” yang ditulisnya dalam bahasa Belanda: “Door Duisternis Toot Licht.” Oleh Armijn Pane ungkapan ini diterjemahkan menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang,” yang menjadi judul untuk buku kumpulan surat-menyuratnya. Namun sayangnya penerjemahan kitab ini tidak selesai karena Mbah Shaleh Darat keburu wafat

Selain dari R.A Kartini murid Mbah Kyai Sholeh Darat yang menjadi tokoh dan pejuang Nusantara adalah:

  1. Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari sang pendiri Nahdlatul Ulama
  2. Kyai Haji Mahfuz Termas yang pakar hadits dan pendiri Pesantren Termas Pacitan
  3. Kyai Haji Ahmad Dahlan sang pendiri organisasi Muhammadiyah
  4. Kyai Haji Idris pendiri Pesantren Jamsaren Solo
  5. Kyai Haji Sya’ban sang ahli ilmu falak yang tersohor
  6. Kyai Haji Bisri Syamsuri, Kyai Haji Dalhar  yang juga dikenal sebagai Wali Allah dan pendiri Pesantren Watucongol- Muntilan
  7. Dan masih banyak lagi yang lainya.

Sedangkan dari jalur Guru-guru beliau adalah

K.H. M. Sahid yang merupakan cucu dari Syaikh Ahmad Mutamakkin, seorang ulama asal Desa Kajen-Margoyoso-Pati-Jawa Tengah yang hidup di jaman Mataram Kartosuro pada sekitar abad ke-18. Dan dari  Syaikhnya itulah, beliau belajar beberapa kitab fiqh, seperti
  • Fath al-Qarib
  • Fath al-Mu’in
  • Minhaj al-Qawim
  • Dan Syarh al-Khatib. 
Pengembaraan  perjalanan keilmuannya berlanjut kepada Kyai Raden Haji Muhammad Salih ibn Asnawi, di Kudus. Dan beliaulah yang mengajarkan  kajian  Kitab Al-Jalalain al-Suyuti. Sedangkan di Semarang sendiri  beliau mendalami nahwu dan sharaf dari Kyai Iskak Damaran, dan kemudian belajar ilmu falak dari Kyai Abu Abdillah Muhammad al-Hadi ibn Baquni. Berlanjut kepada Ahmad Bafaqih Ba’lawi demi mengkritisi kajian Jauharah at-Tauhid buah karya Syaikh Ibrahim al-Laqani dan Minhaj al-Abidin karya Al-Ghazali. Masih di kota loenpia, Semarang-lah, Kitab Masa’il as-Sittin karya Abu al-Abbas Ahmad al-Misri, sebuah depiksi tentang ajaran dasar Islam populer di Jawa sekitar abad ke- 19, dicernanya dengan tuntas dari Syaikh Abdul al-Ghani.

Merasa Tak pernah puas, akan  haus ilmu yang dicarinya  itulah sifat setiap ulama. Demikian pula beliau,  nyantri kepada Kyai Syada’ dan Kyai Murtadla’ pun dijalaninya yang kemudian menjadikannya sebagai menantu. Setelah menikah, Sholeh Darat merantau ke Mekkah, Di tanah haram, dia berguru kepada ulama-ulama besar, antara lain Syekh Muhammad al-Muqri, Syekh Muhammad ibn Sulaiman Hasbullah al-Makki, Sayyid Ahmad ibn Zaini Dahlan, Syekh Ahmad Nahrawi, Sayyid Muhammad Salen ibn Sayyid Abdur Rahman az-Zawawi, Syekh Zahid, Syekh Umar asy-Syami, Syekh Yusuf al-Mishri dan lain-lain. Karena kecerdasan, kealiman dan keluasan ilmu serta kemampuannya, akhirnya Mbah Shaleh mendapat ijazah dari beberapa gurunya untuk mengajar di Mekah.

Mbah Kyai Sholeh Darat sendiri mempunyai nama asli Muhammad Shalih ibn Umar as-Samarani  lahir di Desa Kedung Jumbleng, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara pada sekitar tahun 1820 /1235 H, dengan nama Muhammad Shalih. Dan  Mbah Kyai Shaleh Darat wafat di Semarang pada hari Jum’at Wage tanggal 28 Ramadan 1321 H/ 18 Desember 1903 dan dimakamkan di pemakaman umum “Bergota” Semarang. dalam usia 83 tahun.

Buah Pemikiran Dan Ajaran Beliau

Kyai Shaleh Darat dikenal sebagai pemikir di bidang ilmu kalam. Beliau di kenal sebagai  pendukung paham teologi Asy’ariyah dan Maturidiyah. Pandanganya dalam paham ini jelas kelihatan dalam bukunya, Tarjamah Sabil al-’Abid ‘ala Jauhar at-Tauhid. Dalam buku ini, ia mengemukakan penafsirannya terhadap sabda Rasulillah SAW mengenai terpecahnya umat islam menjadi 73 golongan sepeninggal Beliau, dan hanya satu golongan yang selamat.

Menurut Mbah Shaleh Darat, yang dimaksud Nabi Muhammad SAW dengan golongan yang selamat adalah mereka yang berkelakuan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, yaitu melaksanakan pokok-pokok kepercayaan Ahlussunah Waljamaah, Asy’ariyah, dan Maturidiyah.
Mbah Shaleh Darat  juga mengajak masyarakat untuk gemar menuntut ilmu. Mbah Shaleh Darat  selalu menekankan kepada para muridnya untuk giat menuntut ilmu. Beliau berkata “Inti sari Alquran adalah dorongan kepada umat manusia agar mempergunakan akalnya untuk memenuhi tuntutan hidupnya di dunia dan akhirat”.

Mbah Shaleh Darat  memperingatkan kepada orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan dalam keimanannya, bahwa ia akan jatuh pada paham atau keyakinan sesat. Dalam Kitab Tarjamah Sabil al-‘Abid ‘Ala Jauharah al-Tauhid, Mbah Shaleh Darat memberikan wejangan , orang yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan sama sekali dalam keimanannya akan jatuh pada paham dan pemahaman yang sesat. Sebagai misal, paham kebatinan menegaskan bahwa amal yang diterima oleh Allah Ta ’Ala adalah amaliyah hati yang dipararelkan dengan paham manunggaling kawulo Gusti-nya Syaikh Siti Jenar dan berakhir tragis pada perilaku taklid buta. Iman orang taklid tidak sah menurut ulama muhaqqiqin, demikian tegasnya. Lebih jauh diperingatkan juga, agar masyarakat awam tak terpesona oleh kelakuan orang yang mengaku memiliki ilmu hakekat tapi meninggalkan amalan-amalan syariat lainnya, seperti sholat dan amalan fardhu lainnya.

Kemaksiatan berbungkus kebaikan tetap saja namanya kebatilan, demikian inti petuah religius beliau.
Mbah Shaleh Darat  Sebagai ulama yang berpikiran maju, ia senantiasa menekankan perlunya ikhtiar dan kerja keras, setelah itu baru bertawakal, menyerahkan semuanya pada Allah. Ia sangat mencela orang yang tidak mau bekerja keras karena memandang segala nasibnya telah ditakdirkan oleh Allah SWT. Ia juga tidak setuju dengan teori kebebasan manusia yang menempatkan manusia sebagai pencipta hakiki atas segala perbuatan. Tradisi berpikir kritis dan mengajarkan ilmu agama ini terus dikembangkan hingga akhir hayatnya.

Karya-Karyanya Mbah Shaleh Darat

Mbah Shaleh Darat   adalah sosok yang sederhana dan bersahaja, Sifat kesederhanaan yang ditopang kebersahajaan pribadinya, membuatnya selalu merendah dan menyebut dirinya sendiri sebagai orang Jawa yang tak faham seluk-beluk centang-perenang bahasa Arab. Ini terlihat dari karangan-karangan beliau dimana pada setiap prolog selalu tertulis, “buku ini dipersembahkan kepada orang awam dan orang-orang bodoh seperti saya”. Dalam Terjemahan Matan al-Hikam pada pendahuluannya tertera begini, “Ini kitab ringkasan dari Matan al-Hikam karya Al-Alamah al-Arif billah Asy-Syaikh Ahmad Ibn Ata’illah, saya ringkas sepertiga dari asal, agar memudahkan terhadap orang awam seperti saya, saya terjemahkan dengan bahasa Jawa agar cepat paham bagi orang yang belajar agama atau mengaji.
Ternyata, basis pemikiran sederhana ini, justru memotivasinya untuk melahirkan beragam karya intelektual yang bertujuan terarah yakni, pembelajaran murah-meriah dan sederhana kepada orang Jawa yang tak mengerti benar bahasa Arab. Niat tulus inilah yang di kemudian hari diwujudkannya dalam bentuk buku tafsir atas kitab berbahasa Arab yang telah disuntingnya ke dalam bahasa Jawa.

Di antara karyanya adalah:

  1. Kitab Majmu’ah asy-Syari’ah al-Kafiyah li al-’Awam, kandungannya membicarakan ilmu-ilmu syariat untuk orang awam;
  2. Kitab Munjiyat, tentang tasawuf, merupakan petikan perkara-perkara yang penting dari kitab Ihya’ `Ulum ad-Din karangan Imam al-Ghazali.
  3. Kitab al-Hikam, juga tentang tasawuf, merupakan petikan perkara-perkara yang penting dari pada Kitab Hikam karangan Syeikh Ibnu Atha'illah al-Askandari.
  4. Kitab Latha’if at-Thaharah, tentang hukum bersuci.
  5. Kitab Manasik al-Hajj, tentang tata cara mengerjakan haji.
  6. Kitab ash-Shalah, membicarakan tata cara mengerjakan sembahyang.
  7. Tarjamah Sabil al-`Abid `ala Jauharah at-Tauhid, isinya mengenai akidah Ahli Sunnah wal Jamaah, mengikut pegangan Imam Abul Hasan al-Asy`ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi.
  8. Mursyid al-Wajiz, kandungannya membicarakan tasawuf atau akhlak.
  9. Minhaj al-Atqiya’, juga tentang tasawuf dan akhlak.
  10. Kitab Hadis al-Mi’raj, tentang perjalanan suci Nabi Muhammad s.a.w untuk menerima perintah sembahyang lima kali sehari semalam.
  11. Kitab Asrar as-Shalah, kandungannya membicarakan rahasia-rahasia shalat.

Karamah Mbah Shaleh Darat

Mbah Shaleh Darat  merupakan  Wali Allah yang  juga dikenal memiliki karamah. Ini terbukti Makamnya pun menjadi tujuan ziarah banyak orang. Dikisahkan salah seorang wali terkenal yang suka mengunjungi makamnya adalah Gus Miek (HAMIM JAZULI). Walaupun meninggal di bulan Ramadhan, Haul Mbah Shaleh Darat diperingati setiap tanggal 10 Syawal di makamnya, yakni di kompleks pemakaman Bergota, Semarang.

Diceritakan bahwa suatu ketika Mbah Shaleh Darat sedang berjalan kaki menuju Semarang. Kemudian lewatlah tentara Belanda berkendara mobil. Begitu mobil mereka menyalip Mbah Shaleh, tiba-tiba mogok. Mobil itu baru bisa berjalan lagi setelah tentara Belanda memberi tumpangan kepada Mbah Shaleh Darat. Di lain waktu, karena mengetahui pengaruh Mbah Shaleh Darat yang besar, pemerintah Belanda mencoba menyogok Mbah Shaleh Darat. Maka diutuslah seseorang untuk menghadiahkann banyak uang kepada Mbah Shaleh, dengan harapan Mbah Shaleh Darat mau berkompromi dengan penjajah Belanda. Mengetahui hal ini Mbah Shaleh Darat marah, dan tiba-tiba dia mengubah bongkahan batu menjadi emas di hadapan utusan Belanda itu. Namun kemudian Mbah Shaleh Darat menyesal telah memperlihatkan karamahnya di depan orang. Beliau dikabarkan banyak menangis jika mengingat kejadian ini hingga akhir hayatnya.

Perjalan dan perjuangan seorang Ulama bangsa memang sangat menarik untuk diulas, namun perlu untuk di carat bahwa ulasan sejarah tidak akan meberikan dampak yang lebih jauh bila mana dalam ulasan sejarah kita tidak bisa mencontoh prilaku sang pelaku sejarah tersebut, dan lebih lagi kita tidak dapat meneruskan perjuangan buah pemikirannya. Yang ter utama untuk kepentingan agama dan bangsa.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Biografi Mbah Khyai Sholeh Darat Dan Buah Karya Buat Nusantara

0 comments:

Post a Comment