Penduduk pulau nusantara khususnya Jawa pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya Sunan Gresik, atau yang biasa disebut dengan Maulana Malik Ibrahim kali ini kita akan napak tilas pajetilasan kramat beliau. Sunan Gresik ke Gresik pada tahun 1404 M hingga akhir hanyatnya tahun 1419. Pada masa itu kerajaan Majapahit masih berkuasa di Jawa Timur, dan Masyarakat sekitar masih beragama Hindu atau Budha dan bahkan tidak beragama.Maulana Malik Ibrahim pada masa itu lebih deikenal dengan sebutan kakek Bantal.
Kakek Bantal merangkul mereka dengan penuh kasih sayang dan toleransi, dengan cara ini Islam masuk perlahan-lahan dan menyebar ke berbagai penjuru Jawa sesuai dengan Strateginya yang di anut dalam Al-Qura'an:
“Hendaklah engkau ajak kejalan TuhanMu dengan hikmah (kebijaksanaan) dan dengan petunjuk-petunjuk yang baik serta ajaklah mereka berdialog (bertukar pikiran) dengan cara yang sebaik-baiknya (QS. An Nahl ; 125)”
Disini Kakek Bantal harus ekstra sabar untuk mengadapi masyarakat sekitar yang tidak hanya beragama Hindu Budaha tapi juga yang tidak beragama. Namun kakek bantal selalu mengutamakan Ajaran yang selalu di ajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW dengan menunjukkan keindahan dan ketinggian akhlak Islami.
Sehingga di nisan beliau tertuliskan kalimat
“inilah makam Almarhum Almaghfur, yang berharap rahmat Tuhan, kebanggaan para pangeran, para Sultan dan para Menteri, penolong para Fakir dan Miskin, yang berbahagia lagi syahid, cemerlangnya simbol negara dan agama, Malik Ibrahim yang terkenal dengan Kakek Bantal. Allah meliputinya dengan RahmatNya dan KeridhaanNya, dan dimasukkan ke dalam Surga. Sudah Wafat pada hari Hari senin 12 Rabiul Awal tahun 822 H.”
Sifatnya yang lemah lembut dan welas asih dan ramah tamah kepada sumua orang mencerminkan kebijaksanaan yang luar biasa
dengan penafsiran yang tidak njelimet dan ajaran yang mudah dibahami dan dimengerti oleh semua kalangan. Sehingga memudahkan masyarakat untuk memahami dan mengamalkanya.
Tatkala Islam sudah menyebar luas di Gresik, Kakek Bantal malah mengami kegundahan yang luarbiasa beliau, apakah dibelakang hari tidak timbul ketegangan antara rakyat dengan rajanya. Karena sang Raja Brawijaya penguasa majapahit saat itu masih beragama Hindu.
Setelah berfikir keras Kakek Bantal kemudian mengutarakan niatnya untuk mengIslamkan Raja Brawijaya dan ternyata niat tersebut disambut dengan baik oleh sahabatnya Raja Carmin.
Dan diutuslah Raja carmin untuk menemui Raja Majapahit tersebut dan didampingi pitrinya yang cantik rupawan Dewi Sari dan beserta rombongan Kakek Bantal. Wal hasil mereka gagal mengIslamkan Raja karena Raja bersikeras mempertahankan agama lamanya. Dia mempunya syarat masuk islam asal dapat mempersunting Dewi Sari namun Dewi Sari menolaknya karena tak ada gunanya masuk islam jika ditunggangi dengan kepentingan duniawi.
Wal hasil Rombongan pulang tanpa membawa hasil, meraka pulang ke Gresik namun kapal yang mereka tumpangi sedikit ada masalah dan memerlukan perbaikan. Saat menunggu perbaikan kapal selesai banyak anggota dari negeri Carmin yang terserang wabah termasuk Dewi Sari dan meraka meningal dunia,Berita ini sampai terdengar ketelinga Prabu Brawijaya yang sudah tertarik dan jatuh cinta pada Dewi Sari,
Dan Prabu Brawijaya menutus punggawanya untuk datang ke leren dan menggali kuburannya Dewi Sari dan memakamkan jenazahnya dengan upacara besar-bersaran. Setelah Rombongan Raja Carmin dan Kakek Bantal meninggalkan leren maka gresik diserahkan sepenuhnya kepada Kakek Bantal dan dibawah Majah Pahit.
Amanat Raja Majapahit itu diterima oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Kakek bantal dengan sukarela. Sesuai dengan ajaran Islam yang menganjurkan perdamaian walaupun dengan kafir zimmi yakni orang-orang bukan muslim yang mau hidup berdampingan dengan aman dalam suatu negara.
Demikian petilasan Kramat Sunan Gresik atau Syekh Maulana Malik Ibrahim atau lebih dikenal dengan sebutan Kakek Bantal
semoga cerita ini dapat dijadikan anutan kepada generasi ulama sekarang yang sudah luntur akan welas asih dan toleransi sesama makhluk
0 comments:
Post a Comment