Pulau Cangkir dan nama besar Pangeran Jaga Laut tidaklah asing bagi masyarakat Tangerang-Banten dan sekitarnya. Keindahan pulau dan laut yang begitu mempesona dengan pemandangan hamparan lautan luas dan hutan mangrove menjadi daya tarik yang sempurna. Wilayah Pulau Cangkir sendiri terlatak di Desa Kronjo, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, berjarak sekitar 25 Km dari kota tangerang atau sekitar 1,5 jam perjalanan. Kawasan pulau Cangkir semula seluas 4,5 Ha. Dinamakan pulau cangkir mungkin jika dilihat sekilas tempanya memang seperti cakir.
Diceritakan oleh masyarakat sekitar bahwa awal mulanya Pulau Cakir terpisang dengan pulau Jawa. Seperti halnya Madura dengan Pulau Jawa. Namun karena tempatnya yang tidak terlalu jauh masih di sekitar bibir pantai masyarakat sekitar bergotong royong membuat jembatan penghubung dengan pulau cangkir tersebut, persisnya sekitar tahun 1995 an.
Semuala daya tarik pulau cangkir sendiri tidak begitu dikenal dan cenderung diabaikan oleh masyarakat luar Banten. Seiring dengan berita kabar bahwa di pulau tersebut bersemayam jasad seorang waliallah. Dan gencarnya karomah dan keramat makam tersbeut sehingga masyarakat banyak yang berduyun-duyun datang untuk berwasilah dan bermunajad ke makam tersebut. Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT tentunya.
Keramat Pangeran Jaga Laut memang sudah dikenal luas se antero Nusantara, sebab dari jalur nasab pangeran jaga laut masih ada hubungan dengan Sunan Gunung Jati Cirebon. Karena pangeran Jaga Laut sendiri merupakan anak pertama dari seorang selir Sultan Hasanuddin putra sunan Gunung Jati. Nama Asli dari Pangeran Jaga Laut sendiri adalah Syech Waliudin.
Dari selirnya tersebut Sultan Hasanuddin dikarenuia delapan anak yaitu
- Pangean Jaga Laut Keronjo
- Ratu Keben
- Ratu Terpenter
- Ratu Wetan
- Ratu Biru
- Ratu Ayu Arsanengah
- Pangeran Pajajaran Wadho
- Tumenggung Walatikta
Dari kedelapan anak tersebut , hanya Pangeran Jaga Lautlah yang ditugasakan untuk menjaga wilayah pesisir banten terutama daerah kronjo yang berdekatan dengan kampung halamanya Syech Nawawi Al Bantani . Dan disinilah beliau menyebarkan ajaran islam sekaligur memantau pergerakan Belanda.Sebab tidak jauh dari tempat tersebut ada satu pulau yang bernama pulau Laki yang kabarnya pada saat itu sebagai gudang penyimpanan rempah-rempah dan hasil bumi rampasan VOC Belanda.
Dipulau cangkir sendri banyak terdapat makam, namun hanya satu makam yang di istimewakan dan dikeramatkan oleh penduduk sekitar yaitu makam pangeran jaga laut itu sendiri. Dan yang tidak kalah kramatnya disekitar makam terdapat gentong manakim Syech Abdul Qodir Jaelani. Yang konon walaupun ditengah laut airnya tidaklah terasa asin. Dan yang lebih unik lagi meskipun banyak para peziarah yang dapat berkunjung dan mengambil air tersebut. Airnya tidak pernah kering dan habis.
Dan ada mitos dari para peziarah bahwa keberkahan air tersebut mampu untuk mengobati segala penyakit. Asalkan niat dan tujuanya lurus karena Allah SWT. Saking keramatnya sudah menjadi tradisi setiap peziarah pasti akan menyempatkan diri untuk sekedar bercuci muka atau meminum air tersebut.
Dan untuk para pezirah yang mau datang ke makam Pangeran Jaga Laut jika datang pada bulan Maulid, Muharam maka jangan heran jika lokasi makam akan terasa sesak dan padat.
Bau amis sekitar tidaklah menyurutkan para peziarah yang akan datang berkunjung kemakam tersebut.
Add caption |
Dan menurut tradisi masyarakat sekitar sebelum kesitu ada abaiknya untuk mampir ke Makam keramat Tanara , dan ke Makam sultan Hasanuddin terlibih dahulu sebagai subul Adad. Sesepuh terlebih dahulu yang didatangi baru yang muda.
Meskipun sekiaan puluh tahun Pangeran Jaga Laut sudah wafat namun bagi masyarakat sekitar beliau masih hidup dan berada disekitarnya. Hal ini selaras sengan selalu hidupnya tiap ajaran dan petuahnya yang selalu dilestarikaan oleh kalangan santri pangeran jaga laut.
Pepatah mengatakan Hidupnya orang sholeh adalah setelah dia mati atau wafat, sedangkan matinya orang bodoh adalah sebulum ia mati.
0 comments:
Post a Comment